KabarNet

Aktual Tajam

Diikat, Istri-Anak Noordin Ditangkap

Posted by KabarNet pada 23/07/2009

sketsa-pelaku PASUKAN Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri akhirnya menjemput paksa keluarga Bahrudin Latif alias Baridin di Kompleks Pondok Pesantren Al-Muaddib Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Cilacap, Jawa Tengah. Salah satu yang ditangkap adalah perempuan yang diduga istri Noordin M. Top, Arina, dan dua anaknya.

Penangkapan itu dilakukan sekitar 20 personel Densus 88 bersenjata lengkap. Mereka tampak mendatangi kompleks Pondok Pesantren Al-Muaddib Rabu (22/7) kemarin sekitar pukul 10.00 WIB, dengan menggunakan tujuh mobil.

Kedatangan Densus 88 yang sebagian memakai rompi hitam dan penutup wajah tersebut sangat mengejutkan warga. Sebab mereka langsung menodongkan senjata ke arah warga di sekitar pesantren. Bahkan anak-anak TK Al-Muaddib yang hendak pulang sekolah pun panik. Mereka berlarian sambil menangis karena ketakutan melihat kedatangan para aparat Densus 88.

Begitu tiba di lokasi ponpes sebagian anggota Densus 88 mendatangi rumah Wasum saudara ipar Bahrudin Latif yang berada di sebelah timur pesantren, untuk mencari istri Bahrudin, Tuti dan anaknya, Arina, yang diketahui telah pulang ke Desa Pasuruhan sejak 20 Juli dan menginap di rumah tersebut.

Bahrudin bersama keluarganya meninggalkan rumahnya sejak 20 Juni 2009 atau tiga hari sebelum aparat Densus 88 menggerebek rumah Bahrudin pada 23 Juni lalu. Hingga kini mereka belum diketahui keberadaannya, meski istri, anak, dan cucunya telah kembali ke Pasuruhan dengan didampingi sejumlah anggota Tim Pembela Muslim (TPM). Beberapa anggota Densus tampak mendobrak beberapa pintu rumah Wasum hingga mengalami kerusakan. Mereka merangsek masuk dan menggeledah sejumlah ruangan. Setelah menemukan yang mereka cari, Densus 88 segera meninggalkan tempat itu dengan membawa istri, anak, dan dua cucu Bahrudin, sekitar pukul 10.30 WIB.

Diikat, protes

Kepala Desa Pasuruhan, Watim Suseno, saat ditemui di lokasi kejadian, membenarkan adanya penjemputan keluarga Bahrudin oleh aparat Densus 88. Tadi Densus memang datang ke sini untuk mencari istri dan anak Bahrudin, katanya.

Dia mengaku, saat tiba di lokasi, keluarga Bahrudin sudah dalam keadaan terikat, termasuk Pimpinan Pondok Pesantren Al-Muaddib, Mahfudz. Namun dia segera meminta kepada Densus untuk melepaskan Mahfudz karena dalam surat penangkapan hanya disebutkan dua orang, yakni istri Bahrudin bernama Tuti dan anaknya Arina. Dua orang itu dibawa Densus termasuk dua cucu Bahrudin (anak Arina), Daud dan satu lagi saya lupa namanya, kata Watim.

Menurut dia, penjemputan tersebut kemungkinan untuk pengembangan kasus karena hingga saat ini Bahrudin dan suami Arina belum diketahui keberadaannya. Selain membawa keluarga Bahrudin, kata dia, aparat Densus 88 juga membawa tiga HP, masing-masing milik Iin (anak Wasum), Mahfudz, dan milik keluarga Bahrudin. Arina sempat protes karena penangkapan tersebut tanpa adanya pendampingan dari TPM, tapi Densus 88 tetap membawa mereka, katanya.

Watim mengaku sempat mengobrol dengan keluarga Bahrudin saat mereka baru kembali ke Pasuruhan. Saya memang sempat bertanya kepada Arina tentang siapa nama suaminya. Arina mengatakan bahwa suaminya bernama Ade Abdul Halim yang berasal dari Makassar,� katanya. Meski demikian, kata dia, Arina juga mengaku belum pernah mengenal mertuanya. Bahkan tidak pernah pula diperkenalkan oleh suaminya.

Belum diketahui

Sementara itu anggota Tim Pembela Muslim (TPM), Akhmad Kholid, mengatakan, selama ini Arina tidak pernah tahu jika suaminya adalah Noordin M. Top. Setahu perempuan yang tinggal di Desa Pasuruhan itu suaminya bernama Abdul Halim.

Arina ini kan menikah dengan Abdul Halim karena dijodohkan oleh ayahnya (Bahrudin). Ayahnya ini kenal Abdul Halim di pengajian. Kalau orang di sana kan dijodohin iya-iya saja, apalagi orangnya taat, kata Kholid kepada inilah.com, Rabu (22/7) kemarin.

Arina dan Abdul Halim yang disebut-sebut sebagai Noordin M. Top ini menikah sekitar tahun 2005. Sepengetahuan Arina dan keluarganya, Abdul Halim adalah pria asal Makassar yang memiliki keluarga di Pekanbaru.

Kholid menjelaskan, hingga saat ini pihaknya belum bisa mendampingi Arina karena belum diketahui keberadaannya. Kita sekarang sedang mengecek surat penangkapan yang katanya ada di Kantor Desa. Ditahannya di mana belum diketahui, tandasnya. (Duta Masyarakat)

Komentar "PILIHAN" akan diambil menjadi artikel KabarNet.