KabarNet

Aktual Tajam

Pattimura ‘Ahmad Lussy’ Muslim yang Taat

Posted by KabarNet pada 09/11/2011

Ambon – Menurut sejarawan Muslim Ahmad Mansur Suryanegara, Pattimura adalah seorang Muslim yang taat. Selain keturunan bangsawan, ia juga seorang ulama. Data sejarah menyebutkan bahwa pada masa itu semua pemimpin perang di kawasan Maluku adalah bangsawan atau ulama, atau keduanya.

Nama Thomas Mattulessy merupakan tokoh fiktif yang harus dihapus dari catatan sejarah Indonesia. Yang sesungguhnya ada adalah Pattimura yang memiliki nama asli Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy.

Tokoh Muslim ini sebenarnya bernama Ahmad Lussy, tetapi dia lebih dikenal dengan Thomas Mattulessy yang identik Kristen. Inilah Salah satu contoh deislamisasi dan penghianatan kaum minor atas sejarah pejuang Muslim di Maluku dan/atau Indonesia umumnya.

Nunu oli, Nunu seli, Nunu karipatu, Patue karinunu

(Saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah beringin besar dan setiap beringin besar akan tumbang tapi beringin lain akan menggantinya (demikian pula) saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah batu besar dan setiap batu besar akan terguling tapi batu lain akan menggantinya).

Ucapan-ucapan puitis yang penuh tamsil itu diucapkan oleh Kapitan Ahmad Lussy atau dikenal dengan sebutan Pattimura, pahlawan dari Maluku. Saat itu, 16 Desember 1817, tali hukuman gantung telah terlilit di lehernya. Dari ucapan-ucapannya, tampak bahwa Ahmad Lussy seorang patriot yang berjiwa besar. Dia tidak takut ancaman maut. Wataknya teguh, memiliki kepribadian dan harga diri di hadapan musuh. Ahmad Lussy juga tampak optimis.

Namun keberanian dan patriotisme Pattimura itu terdistorsi oleh penulisan sejarah versi pemerintah. M Sapija, sejarawan yang pertama kali menulis buku tentang Pattimura, mengartikan ucapan di ujung maut itu dengan “Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit”. Namun menurut M Nour Tawainella, juga seorang sejarawan, penafsiran Sapija itu tidak pas karena warna tata bahasa Indonesianya terlalu modern dan berbeda dengan konteks budaya zaman itu.

Di bagian lain, Sapija menafsirkan, “Selamat tinggal saudara-saudara”, atau “Selamat tinggal tuang-tuang”. Inipun disanggah Tawainella. Sebab, ucapan seperti itu bukanlah tipikal Pattimura yang patriotik dan optimis.

Puncak kontroversi tentang siapa Pattimura adalah penyebutan Ahmad Lussy dengan nama Thomas Mattulessy, dari nama seorang Muslim menjadi seorang Kristen. Hebatnya, masyarakat lebih percaya kepada predikat Kristen itu, karena Maluku sering diidentikkan dengan Kristen.

Muslim Taat
Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukan Saparua seperti yang dikenal dalam sejarah versi pemerintah). Ia bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah (Kazim Allah/Asisten Allah). Dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali.

Menurut sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara, Pattimura adalah seorang Muslim yang taat. Selain keturunan bangsawan, ia juga seorang ulama. Data sejarah menyebutkan bahwa pada masa itu semua pemimpin perang di kawasan Maluku adalah bangsawan atau ulama, atau keduanya.

Bandingkan dengan buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit. M Sapija menulis, “Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau bukan nama orang tetapi nama sebuah negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan”.

Ada kejanggalan dalam keterangan di atas. Sapija tidak menyebut Sahulau itu adalah kesultanan. Kemudian ada penipuan dengan menambahkan marga Pattimura Mattulessy. Padahal di negeri Sahulau tidak ada marga Pattimura atau Mattulessy. Di sana hanya ada marga Kasimiliali yang leluhur mereka adalah Sultan Abdurrahman.

Jadi asal nama Pattimura dalam buku sejarah nasional adalah karangan dari Sapija. Sedangkan Mattulessy bukanlah marga melainkan nama, yaitu Ahmad Lussy. Dan Thomas Mattulessy sebenarnya tidak pernah ada di dalam sejarah perjuangan rakyat Maluku.

Berbeda dengan Sapija, Mansyur Suryanegara berpendapat bahwa Pattimura itu marga yang masih ada sampai sekarang. Dan semua orang yang bermarga Pattimura sekarang ini beragama Islam. Orang-orang tersebut mengaku ikut agama nenek moyang mereka yaitu Pattimura.

Masih menurut Mansyur, mayoritas kerajaan-kerajaan di Maluku adalah kerajaan Islam. Di antaranya adalah kerajaan Ambon, Herat, dan Jailolo. Begitu banyaknya kerajaan sehingga orang Arab menyebut kawasan ini dengan Jaziratul Muluk (Negeri Raja-raja). Sebutan ini kelak dikenal dengan Maluku.

Mansyur pun tidak sependapat dengan Maluku dan Ambon yang sampai kini diidentikkan dengan Kristen. Penulis buku Menemukan Sejarah (yang menjadi best seller) ini mengatakan, “Kalau dibilang Ambon itu lebih banyak Kristen, lihat saja dari udara (dari pesawat), banyak masjid atau banyak gereja. Kenyataannya, lebih banyak menara masjid daripada gereja.”

Sejarah tentang Pattimura yang ditulis M Sapija, dari sudut pandang antropologi juga kurang meyakinkan. Misalnya dalam melukiskan proses terjadi atau timbulnya seorang kapitan. Menurut Sapija, gelar kapitan adalah pemberian Belanda. Padahal tidak.

Leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah dan antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis). Keyakinan mereka terhadap sesuatu kekuatan di luar jangkauan akal pikiran mereka, menimbulkan tafsiran yang sulit dicerna rasio modern. Oleh sebab itu, tingkah laku sosialnya dikendalikan kekuatan-kekuatan alam yang mereka takuti.

Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam, kesaktian-kesaktian khusus yang dimiliki seseorang. Kesaktian itu kemudian diterima sebagai sesuatu peristiwa yang mulia dan suci. Bila ia melekat pada seseorang, maka orang itu adalah lambang dari kekuatan mereka. Dia adalah pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan berproses turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah memeluk agama, namun secara genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan “kapitan” yang melekat pada diri Pattimura itu bermula.

Perjuangan Kapitan Ahmad Lussy
Perlawanan rakyat Maluku terhadap pemerintahan kolonial Hindia Belanda disebabkan beberapa hal. Pertama, adanya kekhawatiran dan kecemasan rakyat akan timbulnya kembali kekejaman pemerintah seperti yang pernah dilakukan pada masa pemerintahan VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie). Kedua, Belanda menjalankan praktik-praktik lama yang dijalankan VOC, yaitu monopoli perdagangan dan pelayaran Hongi. Pelayaran Hongi adalah polisi laut yang membabat pertanian hasil bumi yang tidak mau menjual kepada Belanda. Ketiga, rakyat dibebani berbagai kewajiban berat, seperti kewajiban kerja, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi.

Akibat penderitaan itu maka rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata. Pada tahun 1817, perlawanan itu dikomandani oleh Kapitan Ahmad Lussy. Rakyat berhasil merebut Benteng Duurstede di Saparua. Bahkan residennya yang bernama Van den Bergh terbunuh. Perlawanan meluas ke Ambon, Seram, dan tempat-tempat lainnya.

Perlawanan rakyat di bawah komando Kapitan Ahmad Lussy itu terekam dalam tradisi lisan Maluku yang dikenal dengan petatah-petitih. Tradisi lisan ini justru lebih bisa dipertanggung jawabkan daripada data tertulis dari Belanda yang cenderung menyudutkan pahlawan Indonesia. Di antara petatah-petitih itu adalah sebagai berikut:

Yami Patasiwa
Yami Patalima
Yami Yama’a Kapitan Mat Lussy
Matulu lalau hato Sapambuine
Ma Parang kua Kompania
Yami yama’a Kapitan Mat Lussy
Isa Nusa messe
Hario,
Hario,
Manu rusi’a yare uleu uleu `o
Manu yasamma yare uleu-uleu `o
Talano utala yare uleu-uleu `o
Melano lette tuttua murine
Yami malawan sua mena miyo
Yami malawan sua muri neyo
(Kami Patasiwa
Kami Patalima
Kami semua dipimpin Kapitan Ahmad Lussy
Semua turun ke kota Saparua
Berperang dengan Kompeni Belanda
Kami semua dipimpin Kapitan Ahmad Lussy
Menjaga dan mempertahankan
Semua pulau-pulau ini
Tapi pemimpin sudah dibawa ditangkap
Mari pulang semua
Ke kampung halaman masing-masing
Burung-burung garuda (laskar-laskar Hualoy)
Sudah pulang-sudah pulang
Burung-burung talang (laskar-laskar sekutu pulau-pulau)
Sudah pulang-sudah pulang
Ke kampung halaman mereka
Di balik Nunusaku
Kami sudah perang dengan Belanda
Mengepung mereka dari depan
Mengepung mereka dari belakang
Kami sudah perang dengan Belanda
Memukul mereka dari depan
Memukul mereka dari belakang)

Berulangkali Belanda mengerahkan pasukan untuk menumpas perlawanan rakyat Maluku, tetapi berulangkali pula Belanda mendapat pukulan berat. Karena itu Belanda meminta bantuan dari pasukan yang ada di Jakarta. Keadaan jadi berbalik, Belanda semakin kuat dan perlawanan rakyat Maluku terdesak. Akhirnya Ahmad Lussy dan kawan-kawan tertangkap Belanda. Pada tanggal 16 Desember 1817 Ahmad Lussy beserta kawan-kawannya menjalani hukuman mati di tiang gantungan.

Nama Pattimura sampai saat ini tetap harum. Namun nama Thomas Mattulessy lebih dikenal daripada Ahmad Lussy atau Mat Lussy. Menurut Mansyur Suryanegara, memang ada upaya-upaya deislamisasi dalam penulisan sejarah. Ini mirip dengan apa yang terjadi terhadap Wong Fei Hung di Cina. Pemerintah nasionalis-komunis Cina berusaha menutupi keislaman Wong Fei Hung, seorang Muslim yang penuh izzah (harga diri) sehingga tidak menerima hinaan dari orang Barat. Dalam film Once Upon A Time in China, tokoh kharismatik ini diperankan aktor ternama Jet Li.

Dalam sejarah Indonesia, Sisingamangaraja yang orang Batak, sebenarnya juga seorang Muslim karena selalu mengibarkan bendera merah putih. Begitu pula Pattimura.

Demikianlah pelurusan sejarah Pattimura yang sebenarnya bernama Kapitan Ahmad Lussy atau Mat Lussy.

Wallahu A’lam Bish Shawab. (berbagai sumber)

38 Tanggapan to “Pattimura ‘Ahmad Lussy’ Muslim yang Taat”

  1. stmarajo said

    Telaah sejarah dan pengungkapannya ke masyarakat luas memang perlu agar kekeliruan dan penyelewengan sejarah dapat dikoreksi dan kebenaran dapat terungkap.Bayangkan, dari pelaku sampai saksi2nya mati semua masa orang ndak tahu lagi Surat Perintah 11 Maret 1966 yang asli ada dimana, orang jadi ragu apa iya ada Supersemar itu atau sebenarnya kudeta yang ada.Demikian juga sejarah PDRI yang hanya “diakui” di daerah Sumatera Barat saja,aea rasa2 orang mau menutup tutupi fase PDRI itu.

  2. joseph said

    kebenaran sejarah mestinya diukur dari kajian ilmiah yang mendalam… bukan berdasarkan hasrat pribadi dan apriori yang mendorong sebuah metode pencocok2an yang dipaksakan…

  3. indra said

    1. Ada byk sejarah yg diselewengkan di negara kita..khususnya sejarah menyangkut bbrp propinsi.
    2. Pembahasan dlm artikel ini sgt tdk dpt dipertanggjawabkan. Singkat dan tdk memiliki berbagai sumber lain sebagai refensi dan valid (tidak ilmiah).
    3. Kecenderungan utk mengkaitkan artikel ini bukan utk penyingkapan keberan menurut penulis artikel tetapi lebih menitiberatkan kepada agama ? apa maksudnya ? Agama yg mana yg pertama ada di Maluku. Kristen, Islam atau sbenarnya Yahudi. Usul saya, lbh baik mengumpulkan data yg byk, valid, dpt dipertanggung jawabkan scra akademis, ilmiah, arkeologi/literatur.

  4. Anonim said

    SUKARNO ADALAH PEJUANG, SIAPA PUN MENGAKUI ITU. TAPI MASALHNYA PROKLAMATOR ITU BUKAN ILMUAN TETAPI POLITISI DAN BANGSAWAN. sebagai politisi beliau memiliki visi politis tentu saja. Beliau adalah nasionalis, sehingga agama tidak boleh menjadi pondASI NEGARA. sebagai contoh, penolakannya terhadap piagam jakarta dengan mengeluarkan dekrit 5 juli 1959. Salah satu alasannya adalah KARENA PERTIMBANGAN PESAN DARI SEORANG TEMAN YANG MEWAKILI AGAMA MINORITAS dari wilayah timur Indonesia, BAHWA MEREKA MENOLAK PIAGAM JAKARTA. Anehnya sukarno tidak mau (berani) menyebut siapa tokoh yang diwakilinya itu. Oleh sebab itu, kecurigaan orang bahwa tokoh iti adalah fiktif dari mulut yang sang proklamator bisa dipertimbangkan. Sukarna jelas tidak mau secara politik maupun ideologis Indonesia dijadikan negara yang berdasarkan agama tertentu, sesuai dengan semboyan NASAKOMNYA.

  5. winnie said

    Ini tulisan propaganda Islam yang sangat bodo sekali..dasar orang tolol mengiikitu dogma yang tolol seperti kalian.. sebarkan lah kebehongan kalian karena ada catatan dari inggris dan dari belanda yang akan mengkontra kalian punya tulisan yang sangat tak berpengetahuan.

    Wassalam.

  6. Anonim said

    Beta ingin tanya?.. Apakah Pattimura merupakan Gelar atau Fam?… Setahu b, Kapitan harus menyandang Fam….
    Coba cari, Fam Pattimura asal dari mana?…. Cuma ada di Latu… Kalau ada carita bahwa Thomas” pernah masuk Salam, itu Batul… Tapi sebenarnya dia bukan Fam Pattimura…
    Caritanya bagini?… Dulu seorang pemuda sering pukul sagu di Latu, sehingga ada Bapak Fam pattimura ajak Thomas untuk tinggal di antua py rumah.. Karna akrap akhirnya diajak masuk Salam/Islam & kemudian menyandang Fam Pattimura..
    Mengapa Matulessi?… Bpk Fam Pattimura ini suruh Thomas jual hasil pertanian ke Saparua.. Karna sering jual hasil pertanian ke Saparua & sering tinggal di Itawaka, & akrap dengan Bapak Fam matulessy akhirnya dia di suruh tinggal di Bpk Fam Matulessy dan dirayu untuk masuk Kristen. Mengapa terpilih sbg Pemimpin Prang?..
    Dulu Orang Tua mencari Pemimpin dengan cara mawe.. Proses ini dilakukan di tanjung Latu.. Dan melihat bahwa ada seorang pemuda yg layak dijadikan sebagai pemimpin tuk lawan Belanda. Pada saat mawe, pemuda itu sedang pukul sagu di Sisaoni(antara Negeri Haria & Porto). Cerita ini saya dapat pada tahun lalu pada saat saya berbincang dg Salah satu orang tatua berfam Putirullan dari Negeri Kamarian. Cerita ini juga didapat pada saat beliau duduk di panttai dg seorang teman yang berfam Pattimura di Negeri Latu dqn teman ini cerita pokok persoalan yang benar dan bukan rekayasa.
    Pertanyaan?… Mengapa Harus kapitan menyandang Fam Pattimura?.. Bukan Fam Lussy, Matulessy atau Fam yang lain?… Bukankah dulu semua masih menyandang nama Hindu kebanyakan?..
    Pada saat saya tanya lebih lanjut tentang asal yang sebenarnya?.. Bapak ini masih ragu untuk sampaikan buat saya. Saya rayu lagi, tapi beliau bilang asalnya dari Pegunungan Tala, tp tidak dibilang dari Negeri mana?…
    Inilah hasil Pembicaraan Saya dg Beliau dg pertanyaan yg sangat substansial …

  7. Alifuru asli said

    Hukum di Indonesia bisa di beli atau di bulak balik apalagi sejarah,,,Ini serajawan harus kembali ke bangku sekolah dasar dulu..,,dan jangan2 nilai2 kuliah dan ijazah drs di beli juga….. Goblok baunget ini org….

  8. Anonim said

    sejarah ini adalah kebohongan …. !!!!!!! AHMAD MANSYUR SURYA NEGARA dia tuu sapaa a a???????? DIA tau apa tentang Maluku ??????????
    gelar KAPITAN PATTIMURA itu di termima Thomas Matulesy waktu rapat di GUNUNG SANIRI,, tempat musyawarah untuk penyerangan Benteng Drustede
    kalau mau tau tentang kapitan pattimura,,.. tanyakan di MUSEUM pattimura yg berada di desa LEWAKA AMAPATY HARIA… di Saparua

  9. Anonim said

    soekarno bangsat telah menciptakan penjajahan baru, sama dengan belanda. dimana2 aparat didominasi suku tertentu untuk sentralisasi kekuasaan… sampai pada detik ini. dengan alasan pancasila yang entah dari mana asal nya…

  10. Ningsih said

    Ini namanya comot sana sini ! bukan sejarah, bodoh banget yang buat artikel ini, asal2 saja copy paste entah dari mana, ahmad mansyur entah dari nenek moyang mana LOL! muslim2 ini emang KEBANGETAN!!! suka COCOK MENCOCOK , Thomas jadi Ahmad ….. hahahaha …… tanya ama si mansyur Mat itu artinya apa di ambon sana wkwkwkwkwkwk …. TOLOL BANGET!!!

  11. Ali Roho Talaohu said

    memang sampai saat ini kapitan pattimura masih menjadi sesuatu yang menarik diperbincangkan baik dari aspek akademis maupun budaya disebabkan banyak data-data asli yang harus dikomfirmasi ulang, untuk menetukan bahwa pattimura itu dari mana bukan sekedar dengan seminar budaya yang selama ini dilakukan. karena kita akan terjebak pada suguhan-suguhan opini yang itu belum dapat dibuktikan, saran harus dibentuk tim independen menelusuri jejak-jejak kapitan patimurra yang tersebar luar dibeberapa daerah dimaluku baik saparua, seram, daratan salahutu, daratan leihitu dan banyak karena konfirmasi-konfirmasi ini penting untuk menjelaskan sebenarnya kapitan patimurra dari manakah ???

  12. sempebalanga said

    Ini dari sejarah Belanda: Thomas Matulessy (1783-1817?), Yang dikenal sebagai Pattimura Muda, adalah seorang tentara Ambon Kristen yang memimpin pemberontakan melawan pendudukan Belanda di Saparua Ambon di Maluku.

    Asalnya ia datang dari Great Kei (Kei Besar) dan nama aslinya Kabres atau Kebres. Karena tidak ada pekerjaan dia pergi ke Seram dan kemudian ke Ambon. Dalam pelayanan tentara Inggris ia di kasi nama Thomas Matulessy untuk bergabung,. Dalam tentara dia menjabat di bawah residensial Martin Byaml. Ini ia memperoleh kewarganegaraan.

    Setelah transisi dari Inggris kepada pemerintah Belanda, tentara Maluku dibubarkan. Dalam sebuah pemberontakan terhadap reformasi Residen Belanda di Saparua, van den Berg, adalah Matulessy dari jajaran tentara sebagai kapten Maluku dipilih. Dia mengambil Fort Duurstede, benteng Belanda di tempat, dan tekan dua ratus tentara yang diturunkan kepadanya. Van den Berg dan keluarganya (kecuali 1 anak yang di kasi nama Berg van Saparua) dibawa ke benteng dan dibunuh. Setengah tahun setelah tentara Belanda yang dikirim dari Batavia, sekarang Jakarta. Para pemberontak dikalahkan dan Pattimura gantung pada 16 Desember 1817 di Fort Victoria. (mayoritas Kei Besar Protestan)

    Salam Hormat

  13. Umasugi said

    Kamong bicara apa ini…??
    kalu su Nama Patimura, tetap sudah Patimura.

    Satu2 bicara sampe mulu bagabu, dasar tua tar akal..

  14. Usman Bakrin Umasugi said

    Konspirasi…!!!!!!

  15. ongennn said

    wkwkwkw…
    Boleh lai….
    Yang Menuliskan Sejarah bisa saja salah dan bisa benar….
    Tapi KAmu – Kamu TIDAK perlu menyudutkan salah satu agama tertentu…..
    Atau angkat saja UBU jadi Kapitan Kalian…Kapitan Lifamatola..Bia Sua
    gitu aja kok repot

  16. hamid said

    penulis sejarah asal bangsa jawa, adalah pembohong yang memutar balik kenyataan sesungguhnya. Urus saja bangsamu di P.jawa. Papua dan Maluku segra tinggalkan kalian. Bangsa Jawa adalah Penjajah setelah belanda

  17. Mat Lessy said

    Islam di maluku sudah ada sebelum, adanya penjajah. Misionaris penjajah masuk maka banyak orang maluku yang murtad masuk kristen. Silahkan ditanya semua org kristen maluku pasti moyangnya itu dahulu islam.

  18. beta nusa ina said

    seng usah bicara banya,,,,,,kalo mau carita yang batul !
    kamong smua pulang kampong la dengar carita dar kamong pung orang tatua masing”…

  19. Johan said

    Saya lahir di Yogyakarta saya tidak tahu secara detail sejarah di Maluku..benar atau salah.. kita semua tidak tahu secara detail apa yang telah terjadi di masa lalu, yang kita tahu Thomas Matulessy ialah pejuang dari Maluku yang disebut Kapitan Pattimura sekarang diubah lagi namanya oleh seseorang entah berantah darimana? yang mungkin juga tinggal di Maluku belum lebih dari sebulan, atau mungkin tidak pernah samasekali, namun sok tahu untuk memperbaiki sejarah.. walau buktinya sudah ada, namun karena ada satu dan lain hal, maka artikel ini pun ditulis. sebenarnya sejarah Pattimura ini benar atau tidaknya tidak menjadi masalah, yang sudah ada biarlah ada, semua itu telah ditetapkan Tuhan. Ini mungkin karena efek sejarah di daerah lain yang mayoritasnya adalah demikian, sehingga perbedaan daerah pun tidak diperhatikan, lalu mulai memaksakan untuk menyamakannya sesuai dengan pandangannya, terserah saja lah.. semua sejarah ada di tangan Tuhan Yesus.. nanti pada saat Ia datang kembali ke dunia dan menghakimi baik orang yang percaya maupun tidak percaya kepadaNya, maka semua yang tersembunyi akan disingkapkan..

  20. Anonim said

    ini memang pekerjaan orang kurang kerjaan……..asli…..apa tidak punya bahan tulisan yang lebih baik lagi,selain buat tulisan yang penuh dengan provokasi seperti ini……jangan berkata apa-apa kalo anda tidak tahu apa-apa…..ini tulisan orang sok pintar, tapi tidak pintar akhir kelihatan seperti orang BODOH………mempermalukan diri sendiri dengan tulisan seperti ini…..buat teman-teman orang maluku jangan mau di provokasi dengan tulisan tulisan murahan dari orang bodoh seperti ini…..

  21. Anonim said

    Semua baik jika didasarkan dgn kajian yg baik dan juga mestinya diterima kalau itu bukti bahwa tulisan sejarah ini benar, Kristen atau muslim tdk masalah karena semua kita bangsa Maluku, cuma yg benar–banar sajalah

  22. Anonim said

    ini orang pintar banget memutarbalikan sejarah, jangan anda bermipi di siang bolong, anda berpendidikan tetapi SANGAT GOBLOK.

  23. Iqbal Alifuru said

    ini orang pintar banget memutarbalikan sejarah yg ada dan yg sebenarnya,, anda berpendidikan tetapi,
    tapi sayang kepintaran anda mebuat anda GOBLOK.

  24. Anonim said

    ini orang bukan sejarawan tapi tukang kibul atau parlente ( kata orang ambon ) dia hidup di dunia hayalan yang bisa di atur sejarah sesuai hayalannya….hei sejarawan goblok..pulang dulu ke ambon…dan juga ke belanda untuk meliahat peninggalan sejarah yang mereka bawa.. disana ada jelas siapa itu patimura..jangan kamu asal bicara tolol……tinggal di mana si lo……

  25. Paul Bastian Souisa said

    Ever had the incident that “KRI (Ships of the Republic of Indonesia) Pattimura”, which had been purchased from Italy, in 1957, while up in Indonesia, and was baptized in Islamia in “Base on UjungSurabaya (Navy Base)”, and “not baptized in Christianity “, on the beach Waisisir, Saparua Island, where” Pattimura “lead” the people of Saparua “in Maluku to fight the army of the Netherlands, on May 8, 1817. Because the error was baptized in Islamia and the “wrong place”, so the “Commander of the ship KRI Pattimura”, the origin of the “Java”, at the time was “rest day” on the ship, in his room, he was in the choke by “Thomas Matulessy (Pattimura ) “, the commander of the ship at the time,” nearly dead “, fortunate that, there is one of the officers of the ship, which knows about the state of the time, so help him out of that situation. After that, “the commander of the ship” directly facing “Commander ARMADA”, and “talk” about the situation or issue, which happened to him. All these problems are known by all members of the “Navy ARMADA”, which “berstambuk / ranking 7, 8”, which entered “navy” in “1953 and 1954”. The end of “Commander ARMADA”, ordered the “KRI Pattimura” to set out for the “Ambon”, and proceed to “Saparua”, and afterwards baptized Christian at the beach “Waisisir”, where “Pattimura” has been fighting to lead the people from ” Saparua “against the Dutch.

    So once that: 3 of warship KRI, which was purchased in Italy, namely:
    1). KRI Pattimura,
    2). KRI Surapatti,
    3). and KRI Imam Bonjol. They held a state visit to India, in shipping time, officers from the “Pattimura KKM engine room”, he was asleep and get a vision of Pattimura, and Pattimura said that: “it should be in the engine room with red paint,” to ” adapted “to the” red cloth “, which has been” tied on his head, if the war against the enemy “. In the cruise, all “third-rate ship of the ship is to be adjusted with the telegraph ship engines (that turns the propeller must be the same)”, but the time was “weird”, because “the ship KRI Pattimura faster” than the “ship Imam Bonjol war “and” Surapati “, while” telegraph the same speed “. So that the commander of the “KRI Surapatti, and Commander of the Imam Bonjol” has been asked by tlpn in communications about “the telegraph machine in speed”, but the “get” is that “speed is the same engine telegraph”. In addition, all “Officers”, which was on duty at the “bridge of the ship and the helmsman”, and “the crew and commander of the ship”, which was “sitting in the bridge of the ship” has become a “witness” saw “Pattimura” average ” standing in front of “The bow of the ship KRI Pattimura” to “hold” “Parang and Salawaku” when “ships” are “sailing”.

    So all the people that are on duty at the bridge that has witnessed Pattimura Pattimura was standing with a “Parang and Salawaku”.

    So Javanese Islam, you do not make the history of nonsense and lies, it’s history for you to swallow it there, and Pattimura history, it belongs to the Moluccas, and not to the Javanese Islam. Pattimura fighting not for Islam Javanese / Indonesian independence, but for the Maluku independence from colonial rule in force in each of the Moluccas, as well as for “Tengku Omar”, and “Cut Nadin” from Aceh, fighting against “the Dutch” for “its own independent Aceh” , and not to “independent Java”, and so also to “Silas Papare of West Papua,” they fought for “West Papua independence” and regardless of occupation, and not for independence for the Muslim Javanese / Indonesian independence, at that time was that none of the other nations which fought for independence of other nations, it’s crazy you’re there, get in a mental hospital, in order to know yourself.

    Pernah telah kejadian bahwa “KRI (Kapal Republik Indonesia) Pattimura”, yang mana telah dibeli dari Itali, pada tahun 1957, disaat sampai di Indonesia, dan dibaptiskan secara Islamia di “Pangkalan di UjungSurabaya (Basis TNI-AL)”, dan “bukan dibaptiskan secara keKristenan”, di pantai Waisisir, Pulau Saparua, dimana “Pattimura” memimpin “rakyat dari Saparua” di Maluku untuk melawan tentara dari Belanda, pada tanggal 8 Mei 1817. Oleh karena kesalahan yang dibaptiskan secara Islamia dan “salah tempat”, sehingga “Komandan Kapal dari KRI Pattimura”, asal dari “Jawa”, pada waktu sedang “beristirahat siang” di kapal, pada kamarnya, dia di cekik oleh “Thomas Matulessy (Pattimura)”, komandan kapal waktu itu, “hampir mati”, beruntung bahwa, ada salah satu dari perwira kapal, yang mana mengetahui tentang keadaan waktu itu, sehingga membantu beliau dari situasi itu. Setelah itu, “komandan kapal” langsung menghadap “Panglima ARMADA”, dan “membicarakan” tentang keadaan atau persoalan itu, yang mana terjadi atas dirinya. Semua masalah diketahui oleh semua Anggota dari “ARMADA TNI-AL”, yang mana “berstambuk/ranking 7, 8”, yang mana masuk “TNI-AL” pada “tahun 1953 dan 1954”. Akhirnya dari “Panglima ARMADA”, memerintahkan untuk “KRI Pattimura” supaya berangkat menuju ke “Ambon”, dan melanjutkan ke “Saparua”, dan setelah itu dibaptiskan secara keKristenan di pantai “Waisisir”, dimana “Pattimura” telah bertempur memimpin rakyat dari “Saparua” melawan tentara Belanda.

    Jadi pernah bahwa: 3 dari kapal perang KRI, yang mana adalah di beli dari Itali, yaitu:
    1). KRI Pattimura,
    2). KRI Surapatti,
    3). dan KRI Imam Bonjol. Mereka mengadakan kunjungan negara ke India, didalam pelayaran waktu itu, perwira dari “kamar mesin KKM Pattimura”, dia sedang tidur dan mendapatkan penglihatan dari Pattimura, dan dikatakan oleh Pattimura bahwa: “kamar mesin nya harus di cat dengan berwarna merah”, untuk “disesuaikan” dengan “kain merah”, yang mana telah “diikatkan di kepalanya, jika perang melawan musuh”. Dalam pelayaran itu, semua “kecepatan kapal dari ketiga kapal itu adalah harus disesuaikan dengan telegraf mesin kapal (artinya putaran baling-baling harus sama)”, tetapi waktu itu adalah “aneh”, karena “kapal KRI Pattimura lebih cepat” dari kedua “kapal perang Imam Bonjol” dan “Surapati”, disaat “telegraf sama kecepatan”. Sehingga Komandan dari “KRI Surapatti, dan Komandan dari Imam Bonjol” telah menanyakan melalui tlpn dalam komunikasi tentang “telegraf mesin dalam kecepatan”, tetapi yang “didapatkan” adalah bahwa “kecepatan telegraf mesin adalah sama”. Disamping itu, semua “Perwira”, yang mana sedang bertugas di “anjungan kapal dan juru mudi”, serta “awak kapal dan komandan kapal”, yang mana sedang “duduk didalam anjungan kapal” telah menjadi “saksi” melihat “Pattimura” sedang “berdiri di depan “Haluan kapal KRI Pattimura” dengan “memegang” “Parang dan Salawaku” disaat “kapal” sedang “berlayar”.

    Jadi semua bangsa yang ada bertugas di anjungan kapal Pattimura itu telah menyaksikan Pattimura sedang berdiri dengan memegang “Parang dan Salawaku”.

    Jadi Jawa Islam, kau jangan membuat sejarah ngawur dan berbohong, itu sejarah telan untuk kamu saja disitu, dan sejarah Pattimura itu, adalah milik bangsa Maluku, dan bukan untuk bangsa Jawa Islam. Pattimura berjuang bukan untuk Jawa Islam/Indonesia merdeka, tetapi untuk Maluku merdeka dari setiap penjajahan yang diberlakukan di Maluku, begitu juga untuk “Tengku Umar”, dan “Cut Nadin” dari Aceh, berjuang melawan “penjajah Belanda” untuk “Aceh merdeka sendiri”, dan bukan untuk “Jawa merdeka”, dan begitu juga untuk “Silas Papare dari Papua Barat”, mereka berjuang untuk “Papua Barat merdeka” dan terlepas dari penjajahan, dan bukan untuk kemerdekaan bagi bangsa Jawa Islam/Indonesia merdeka, pada waktu itu adalah bahwa tidak ada dari bangsa lain yang mana berjuang untuk bangsa lain merdeka, itu gila kau disitu, masuk di rumah sakit jiwa, supaya tau diri.

  26. salehlahmady said

    saya sangat sepakat kalau tomas matulessy/ahmad lussy itu islam yang taat !!!
    sebab kita lihat sejarah islam masuk ke maluku, jauh sebelum penjajah itu masuk !!!!

    penjajah/belanda masuk dengan misi agama kristen…baru org maluku tau apa itu kristen.

    kalau patimura org kristen tidak mungkin patimura melawan belanda….karena belanda saat itu adalah pastur / imam bagi org nasarani pada zaman itu !!!

    mana mingkin org keristen melawan imam mereka(belanda)…..!!!

    sejarah versi pemerintah sangat keliru karena tidak masuk akal !!!!

  27. jongAmbon said

    Dasar P*Q bodo….. kalau gak tahu apha-apha mengenai sejarah maluku maka jgn di putar balikan …..

    masa Kapitan Pattimura bisa dibilang Mat Lussy – emang loe orang pikir Pattimura orang jawa ( Mat Solar, Mat Bensin, amha Mat Minyak Tanah ) … hahahahahaha…. goblok loe…..

    ——————————–

    MALUKU SATU DARAH

  28. ferdy saparua said

    apa sih untungx diperdebatkan, toh Pattimura tdk bisa hidup lagi, yg perlu katong samua pikirkan bagaimana maluku bisa maju, tdk saling menghujat, tidak saling bunuh, krn nnt kita kembali ke zaman sebelum Pattimura (BARBAR)….

  29. Aca Kasamilale said

    Lazarus Kasamilale

    11/01/2013 pada 21:30.

    Saudara-saudara segandong , jangan terpengaruh dengan provokator sehingga persatuan kita tercabik-cabik. Bukankah ini semacam politik adu-domba? Tetap rapatkan barisan kita agar tidak terprovokasi. Tidak peduli apakah Pattimura itu muslim atau Kristen yang penting disini penulisan sejarah itu harus didukung oleh data-data yang akurat, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

  30. GARA2 TULISAN INI BNYAK DARI NENEK MOYANG MEREKA YANG MATI KARENA SUMPAH ADAT BERLAKU, ABRASI SERTA LONGSOR TIAP HARI MENGROGOTI MEREKA, AHMAD LUSSI INI MENJADI MATA2 BELANDA PADA SAAT PASUKAN ALIFURU MAU MENYERANG BELANDA, AHMAD LUSSY INI YANG MEMBERITAHUKAN STRATEGI PEPERANGAN PASUKAN ALIFURU YG DI PIMPIN OLEH KAPITAN PATTYMURA KEPDA BELANDA SEHINGGA PASUKAN ALIFURU MENGALAMI KEKALAH PADA SAAT ITU… AIR MERA DI ANTARA KAIRATU DAN GEMBA SEKRANG ITU YANG MENJADI SAKSI DI BUNUHNYA AHMAD LUSSY OLEH PASUKAN ALIFURU KARENA PENHINATANNYA OLEH SEBAB ITU DI BERI NAMA AIR MERA KARENA PARANG YANG MENCINCANG KEPALA AHMAD LUSSY DAN PENGIKUTNYA DI BERSIHKAN DI SITU,PENULIS SEJARAH INI HANYA INIGIN DAPAT PENGAKUAAN DAN KEKUASAN SEMATA TANPA BUKTI2 YANG OTENTIK.. LUAR BIASA KEBONGAN SEJARAH DI ATAS, SAYA SEORANG MUSLIM DAN SAYA BENCI KEBOHONGAN2 SEPERTI INI !

  31. . said

    Mejalin Persatuan dan kesatuan. . . .
    Wahai bangsaku. . . Mengapa kalian risau . . . kalau Pattimura itu Muslim…? Bukankah sejak dahulu Maluku itu dikenal sebagai negeri yang banyak kerajaan-kerajaan Islamnya? Dan dalam buku sejarah yang kita pelajari dapat diketahui bahwa munculnya agama selain Islam di Maluku saat bangsa Eropa mendatangi kepulauan tersebut.
    Jadi. . . tidak usah dipermasalahkan. . .karena orang-orang membuat sejarah tidak benar termasuk orang membenci NKRI. Silakan di cek keberadaan RMS, adakah orang Muslim di dalamnya?
    Wahai bangsaku, jika kalian tetap berniat keluar dari NKRI, maka hati-hatiilah. Jangan sampai Allah menimpakan azab kepada kalian. Karena sesungguhnya negara ini telah diberkahi oleh Allah, Sang Pemiliknya.
    Salam Indonesia

  32. Jose said

    woi…….kamorang masih mau kah di diprovokasi orang lain,,,,,par biking katong pung hidup basudara yang su bagus ini akang jadi ancur lai……,,,,beta rasa yang komentar smbil menghujat agama tertentu itulah yang mau merusak kedamaian dan keharmonisan yang sudah baik ini,,,,,,,,,,,kalau ada orang yg tulis artikel yg sifatnya memprovokasi katorang lebih baik dia pung artikel / blog itu katong blokir atau tutup akang sama-sama jngan malahan katong lai yg menghhujat satu dengan yang lain,,,, kamorang seng sanang kah kalau katong hidup tenang, damai, katong bisa bjalang kmana sja,,,tanpa rasa takut,,,jadi beta saran for basudara dong samua jang lai katong mudah terprovokasi dengan hal-hal yang dapat biking katong samua rugi…..,,,,,,,,,,,,deng mulai sakarang ini katong harus bisa bilang Stop Kekerasan, No Provokasi, dan Yes Kedamaian,,,,,,,,,ingatang Agama itu baru tetapi katong pung adat ini su paling lama sebelum tete nene moyang dolo kenal dengan agama, Pela Gandong, Ade deng kaka, Siwalima, Lorsi Lorlim, deng masih banyak katong pung moyang pung peninggalan adat dolo-dolo, itu semua sebelum adanya Agama, jadi jang dong lupa itu samua,,,,,,,,,,,,,,,,,,

  33. reza LTC said

    Indigenous Alifuru=orang latu,dasar pendatang tidak tau diuntung,kapir itu orang latu jika mera mau pattimura itu kristen seperti agama nenek moyang orang latu dahulunya…..

  34. maikel kei said

    lembe lembe toyando yo .mau liat parang salawaku asli yg su jadi batu kamong samua datang di kei beta kastunju

  35. rahantan said

    Pattimura dari toyando, buktinya: lagu lembe2 toyando, itu adalah lagu perang pattimura. Bukti lain kampung tua masyarakat toyando masih ada hingga sekarang, namanya ohoitom. Kampung tua menyerupai benteng. Selama ini masyarakat toyando diam karena mereka takut menceritakan pattimura. Nama asli pattimura adalah ahmad lusi, marga lusi merupakan salah satu marga ditoyando. Bukti lain: kata lembe2 merupakan tata bahasa toyando.

  36. rahantan said

    Pattimura dari toyando, buktinya: lagu lembe2 toyando, itu adalah lagu perang pattimura. Bukti lain kampung tua masyarakat toyando masih ada hingga sekarang, namanya ohoitom. Kampung tua menyerupai benteng. Selama ini masyarakat toyando diam karena mereka takut menceritakan pattimura. Nama asli pattimura adalah ahmad lusi, marga lusi merupakan salah satu marga ditoyando. Bukti lain: kata lembe2 merupakan tata bahasa toyando.

  37. rahantan said

    Pattimura dari toyando, buktinya: lagu lembe2 toyando, itu adalah lagu perang pattimura. Bukti lain kampung tua masyarakat toyando masih ada hingga sekarang, namanya ohoitom. Kampung tua menyerupai benteng. Selama ini masyarakat toyando diam karena mereka takut menceritakan pattimura. Nama asli pattimura adalah ahmad lusi, marga lusi merupakan salah satu marga ditoyando. Bukti lain: kata lembe2 merupakan tata bahasa toyando.

  38. Anda belajar dulu

Komentar "PILIHAN" akan diambil menjadi artikel KabarNet.