KabarNet

Aktual Tajam

Antasari Ungkap Fakta Baru ‘CENTURY’ Dari Balik Jeruji

Posted by KabarNet pada 10/08/2012

Jakarta – KabarNet: Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar membuka fakta baru yang mencengangkan. Fakta itu berkaitan dengan langkah penyelamatan Bank Century yang diduga merugikan keuangan negara sebesar Rp 6,7 triliun. Kasus Bank Century itu sendiri pernah menghebohkan perpolitikan nasional. Apalagi hasil audit forensik Badan Pemeriksa Keuangan menunjukkan adanya kejanggalan dari langkah penyelamatan terhadap Bank Century.

Namun, meski begitu kuat bau korupsi dari langkah penyelamatan Bank Century, tidak mudah untuk membawanya ke ranah hukum. Padahal secara politik Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memutuskan adanya pelanggaran dari langkah penyelamatan yang dilakukan pemerintah.

Sejauh ini hanya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang harus menjadi korban. Ia harus terpental dari kabinet, meski beruntung masih mendapat tempat terhormat di Bank Dunia. Padahal ia sempat mengaku merasa tertipu oleh keputusan untuk menyelamatkan Bank Century.

 ….Sri Mulyani sempat ketakutan saat kasus Century bergerak liar yang mungkin saja bisa menjebloskannya ke penjara. Rasa cemas mantan Menkeu itu diungkapkan Johan Silalahi dari Negarawan Center dalam diskusi Chat After Lunch di FX Plasa, Senayan, Jakarta, pada hari Selasa (24/11/2009) silam. Johan saat itu menyatakan, dalam kapasitas sebagai pengambil keputusan pengucuran dana Century, Sri Mulyani tidak mau dipenjara. Karena itu, Sri Mulyani pun mengungkapkan bahwa dirinya telah ditipu dalam kasus ini.

‘’Saya sampaikan ke teman-teman media, bahwa pengakuan dari Sri Mulyani sudah keluar. Saya kutip itu dan saya sampaikan di situ secara terbuka. Yaitu, dalam kasus Bank Century ini dia tidak tahu. Tepatnya, dia tertipu. Sri Mulyani sendiri sudah pernah ditanya oleh seorang pejabat negara, dalam kasus Century: kamu mau dipenjara atau tidak?’’ kata Johan.

Menurut Johan, saat itulah muncul pengakuan dari Sri Mulyani bahwa dia tidak mau dipenjara hingga muncul pengakuan dia merasa ditipu dalam pengambilan keputusan bailout Bank Century oleh Bank Indonesia. ‘’Itulah yang mesti dipertanyakan, kenapa orang seperti Sri Mulyani, yang dikenal sangat taat azas, bahkan untuk urusan uang Rp 20 miliar saja bisa sangat teliti, tiba-tiba menjadi begitu tidak prudent-nya dalam memutuskan pengucuran dana Rp 6,7 triliun,’’ kata Johan.

Meski kasus dugaan korupsi pada langkah penyelamatan Bank Century ini terus dicoba untuk ditutupi, namun tuntutan agar skandal tersebut diungkap tidak pernah berhenti. Masyarakat tetap berharap kebenaran dari kasus yang merugikan keuangan negara itu terus diungkap.

DPR sendiri membentuk tim pengawas untuk mengikuti perkembangan kasus tersebut. Secara rutin tim pengawas bertemu dengan Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepolisian, dan Kejaksaan untuk mengetahui perkembangan proses penyelidikan dan pemeriksaan kasus Bank Century.

Sampai sejauh ini ketiga lembaga penegak hukum tersebut mengaku belum bisa menemukan unsur korupsi dari kasus penyelamatan Bank Century. Seakan ada pintu tebal yang tidak mampu ditembus sehingga semuanya tampak begitu gelap.

Pengakuan yang disampaikan Antasari dalam program “Metro Realitas” (Kamis, 09 Agustus 2012), menguak lagi adanya bau busuk dari penyelamatan Bank Century. Pengakuan ini bahkan luar biasa karena ternyata langkah penyelamatan itu dibahas dalam rapat di ruang kerja Presiden.

Sebagai Ketua KPK, Antasari ikut dalam rapat yang dipimpin oleh Presiden SBY. Rapat itu sendiri, menurut Antasari, membahas tentang krisis global yang tengah terjadi pada tahun 2008 dan Presiden mengingatkan agar pengalaman krisis 1998 jangan sampai terulang kembali di Indonesia.

Hadir dalam rapat di ruang kerja presiden itu antara lain: Presiden SBY sendiri sebagai Pemimpin Rapat, Ketua BPK Anwar Nasution, Jaksa Agung Hendarman Supandji, Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri, Ketua KPK Antasari, Kepala BPKP Condro Irmantoro. Sementara dari jajaran kabinet hadir Menko Polhukam Widodo AS, Pelaksana Tugas Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati, Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa. Sementara duduk di deretan belakang Juru Bicara Andi Mallarangeng dan Denny Indrayana.

Rapat itu sendiri tidak pernah diungkap ke publik. Padahal salah satu yang dibahas dalam rapat tersebut adalah berkaitan dengan Bank Century. Artinya skenario langkah penyelamatan Bank Century yang akhirnya menjadi skandal dugaan mega korupsi itu sebetulnya diketahui oleh Presiden SBY, dan bahkan Presiden SBY sendiri memberikan arahan untuk penyelesaiannya. Hal ini bertolak belakang dengan pernyataan Presiden SBY yang mengaku dirinya tidak mengetahui tentang skenario langkah-langkah penyelamatan Bank Century.

Pengakuan Antasari ini tentunya bisa menjadi pintu masuk bagi lembaga hukum untuk mengungkap kasus Bank Century. Semua yang ikut dalam rapat tersebut harus diperiksa dan dimintai keterangannya. Kalau para peserta rapat mencoba menutup-nutupi berarti melakukan cover up.

Apabila fakta seperti ini terjadi di Amerika Serikat (AS), maka pihak Kejaksaan AS sudah pasti akan menunjuk Jaksa Independen yang mempunyai kewenangan untuk memeriksa siapa pun dan memintai keterangan semua pihak yang dianggap mengetahui kejadian tersebut.

Bahkan pihak DPR AS pasti langsung bergerak untuk melakukan dengar pendapat. Semua orang yang diundang pasti akan dimintai keterangan di bawah sumpah. Persis seperti ketika kasus Bank Century diselidiki oleh Panitia Khusus DPR.

Semua tentunya kembali kepada pihak DPR RI  dan juga lembaga penegak hukum. Seberapa jauh mereka ingin mencari kebenaran dan menegakkan keadilan. Kasus skandal dugaan mega korupsi Bank Century ini merupakan persekongkolan kejahatan yang luar biasa apabila sampai dibahas secara khusus di dalam Istana, namun sengaja tidak pernah diungkapkan kepada publik.

Keterangan Antasari tersebut di atas tidak bisa dianggap angin lalu, karena dalam hal ini ia adalah saksi pelaku. Ia merupakan salah seorang yang ikut rapat dan sangat mengetahui materi apa saja yang sedang dibahas. Ini merupakan kasus yang benar-benar menarik untuk diikuti. [KbrNet/Metro Realitas]

SBY Berbohong!!

Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengatakan bahwa dirinya tidak pernah dimintai arahan dan keputusan terkait kebijakan pemberian dana talangan (bailout) kepada Bank Century senilai Rp6,7 triliun, adalah nyata-nyata sebuah kebohongan besar. Padahal, Sri Mulyani (Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan/KSSK kala itu) telah memperingatkan SBY sebanyak tiga kali.

Dengan pernyataan yang diutarakan pada 4 Maret 2010 silam, Presiden Yudhoyono seolah melempar tanggung jawab kesalahannya kepada anak buahnya yang kini menjabat Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Berdasarkan bukti autentik dokumen berupa tiga surat yang dilayangkan Sri Mulyani Indrawati saat masih menjabat Ketua KSSK, mantan Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu II itu sudah memperingatkan Presiden Yudhoyono yang menyebutkan bahwa kebijakan bailout Bank Century itu menyalahi aturan.

Anehnya, dalam pidato tanggal 4 Maret 2010, atau sehari sesudah pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna DPR RI tentang kasus bailout Bank Century, Presiden SBY menyatakan bahwa dirinya tengah di luar negeri untuk menghadiri KTT G20 di Amerika Serikat. “Sekali lagi, disaat pengambilan keputusan itu, saya sedang berada di luar negeri. Saya memang tidak dimintai keputusan dan arahan. Saya juga tidak memberikan instruksi atas pengambilan kebijakan tentang ihwal itu, antara lain karena pengambilan keputusan KSSK berdasarkan Perpu No 4/2008 memang tidak memerlukan keterlibatan presiden,” kilah SBY kala itu.

Berawal dari surat Bank Indonesia kepada Menteri Keuangan selaku ketua KSSK Sri Mulyani, yang diparaf oleh Gubernur BI (kala itu) Boediono tertanggal 20 November 2008, menyatakan perkembangan terakhir dari Bank Century bahwa CAR-nya minus 3,53 persen (-3,53%). Dengan begitu bank tersebut tak layak menerima dana talangan, dan Bank Century dinyatakan sebagai ‘bank gagal’ yang dikhawatirkan berdampak sistemik.

Mendapat penjelasan dari BI, selanjutnya Sri Mulyani mengirim surat kepada Presiden SBY tanggal 25 November 2008 dengan nomor surat S-01/KSSK/.01/2008. Surat tersebut merupakan surat peringatan pertama kepada SBY.

Surat yang ditembuskan kepada Menteri Sekretaris Negara, Menteri Negara BUMN, Sekjen Departemen Keuangan dan Sekretaris KSSK itu kembali menegaskan bahwa Bank Century adalah ‘bank gagal’ dan ditengarai berdampak sistemik oleh BI dan selanjutnya ditangani oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sesuai ketentuan UU 24 Tahun 2008 tentang LPS.

Dalam surat peringatan pertama itu, juga dilampirkan notulen rapat KSSK tanggal 21 November 2008, notulensi rapat tertutup KSSK pada tanggal yang sama yang dihadiri oleh Boediono dan Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan. Juga dilampirkan keputusan KSSK No 04/KSSK.03/2008 tentang penetapan PT Bank Century sebagai bank gagal yang berdampak sistemik serta keputusan penyerahan Bank Century ke LPS.

Surat peringatan kedua dari Sri Mulyani kepada SBY dikirim tanggal 4 Februari 2009 dengan nomor surat SR-02/KSSK.01/II/2009. Bahkan dalam surat peringatan kedua ini yang ditembuskan kepada Menteri Sekretaris Negara, Ketua Dewan Komisioner LPS dan Sekretaris KSSK, Sri Mulyani mencantumkan CAR (Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) Bank Century (Negatif 3,53%) secara jelas.

Disamping itu, tak biasanya, surat resmi itu menggunakan kalimat pembuka yang tidak lazim sebagaimana surat resmi yang ada dan tetap merujuk pada surat pertama. “Sebagaimana Bapak Presiden maklum, dalam surat tersebut (S-01/KSSK.01/2008), KSSK melaporkan…. dst… dst…” demikian isi kalimat pembuka dalam surat tersebut. Redaksional kalimat pembuka surat Menkeu Sri Mulyani itu mengindikasikan bahwa Presiden SBY mengetahui dan mengikuti langkah demi langkah dari sejak awal dalam proses pengambilan keputusan terkait skenario penyelamatan Bank Century yang akhirnya berujung menjadi skandal mega korupsi.

Lantaran tak ada tanggapan dari Presiden SBY, Sri Mulyani kembali mengirim surat kepada SBY, yakni setelah SBY terpilih menjadi presiden bersama Boediono, tepatnya tanggal 29 Agustus 2009. Nomor surat itu adalah SR-36/MK.01/2009.

Dalam surat ketiga itu, Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan kembali merujuk kepada surat pertama dan kedua dengan kalimat pembuka yang tak lazim yang juga ditembuskan kepada Menteri Sekretaris Negara, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner LPS dan Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan. [Dok/KabarNet]

Pengakuan mengejutkan yang diungkapkan dari balik jeruji penjara oleh mantan Ketua KPK Antasari Azhar ini sudah seharusnya ditindak-lanjuti oleh KPK, DPR dan semua pihak yang berwenang menyelidiki kasus skandal mega korupsi Bank Century. Pengakuan Antasari tersebut harus menjadi pintu masuk baru untuk mengungkap kasus ini.

Apabila keterangan Antasari dan kronologis surat mantan Menkeu Sri Mulyani tersebut terbukti benar adanya, maka hal itu secara otomatis menjadi bukti yang jelas dan kasat mata bahwa Presiden SBY telah melakukan kebohongan publik terkait keterlibatannya dalam mega skandal maling uang rakyat dalam kasus Bank Century.

Pengakuan Antasari tentang adanya rapat di ruang kerja Presiden yang membahas kasus Century, disamping juga tiga Surat Laporan/Peringatan dari mantan Menkeu Sri Mulyani kepada Presiden terkait kondisi Bank Century saat itu menunjukkan bahwa, sebetulnya, Presiden SBY dari sejak awal sudah mengetahui dan bahkan mengikuti perkembangan langkah demi langkah penyelamatan Bank Century, suatu hal yang selama ini selalu dibantah (tidak diakui) oleh Presiden SBY.

Berdasarkan bukti-bukti itu (kalau ternyata benar), maka tanpa menunggu selesainya proses hukum terkait kasus Bank Century, DPR sebetulnya sudah bisa mengambil langkah-langkah politik berupa pengajuan ‘Hak Interpelasi’, dan/atau ‘Hak Angket’, untuk kemudian dilanjutkan dengan pengajuan ‘Hak Menyatakan Pendapat’ yang lazimnya berujung pada sidang paripurna DPR/MPR untuk tindakan pemakzulan presiden.

Sebelumnya diberitakan, Antasari Azhar menyebutkan kepada Metro Realitas yang diputar di Stasiun Televisi Swasta Nasional Metro TV. Ia mengatakan adanya rapat yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait bailout Bank Century pada Oktober 2008. Rapat tersebut membahas rencana pemberian dana talangan Bank Century. Saat itu pemerintah sudah menyadari adanya dampak hukum atas kebijakan pemberian dana talangan yang rawan penyimpangan itu. Dalam pertemuan tersebut dihadiri para Pejabat tinggi negara.

Kemudian, kata Antasari, pemerintah mencoba mencari bank lain untuk diselamatkan. Akhirnya, pada November 2008 pemerintah memilih Bank Century untuk diselamatkan. Setelah disepakati, Bank Century mendapat kucuran dana segar secara bertahap. Tahap pertama, bank yang sudah kolaps itu menerima Rp 2,7 triliun pada 23 November 2008. Tahap kedua, pada 5 Desember 2008, sebesar Rp 2,2 triliun. Tahap ketiga pada 3 Februari 2009 sebesar Rp 1,1 triliun. Tahap keempat pada 24 Juli 2009 sebesar Rp 630 miliar. [KbrNet/slm/adl]

21 Tanggapan to “Antasari Ungkap Fakta Baru ‘CENTURY’ Dari Balik Jeruji”

  1. suwardi said

    Mahalnya sebuah kejujuran di negeri Pancasila ini oh My God

  2. jika bangsa indonesia seperti ini, tolonglah wahai Alloh yang Mahakuasa untuk melenyapkan mereka…baik dengan kematian maupun dengan bencana dan adzablah mereka sedahsyat-dahsyatnya, sebab mereka adalah penjahat negara dan bangsa…

  3. Vie said

    Sejak Awal saya sudah menduga.. klo SBY mengetahui pengucuran dana tsb.. Makanya Sri Mulyani di ungsikan di AS agar tdk mengungkap yg sebenarnya.. Lagi2 AS pasti juga terlibat dlm kasus ini.. Buktinya dia mau menampung Sri Mulyani.. bnr2 parah petinggi Negeri ini, klo pimpinannya bohong pasti ga heran klo anak buahnya ga jauh beda…Kita butuh sosok pemimpin yg bnr2 menjalankan perannya dan berpedoman pada AlQur’an…

  4. ingat rohingnya said

    seandainya nanti dia sakarat maut……, akh susah ngeyanginnya

  5. Soedi Panjaitan said

    Orang sudah pada tahu bahwa orang2 yang disebutkan di atas ikut menikmati uang haram Century.

  6. tinggal tugasnya si juki ni ngoordinir DPR buat bikin hak angket interpelasi
    klo KPK sih bukan lawannya klo ini gan :mrgreen:

  7. @KPK:
    Jika takut menangani kasus ini mundurlah. Mundur lebih t’hormat dari pada menjabat tapi tdk sesuwai dgn biaya yg dikeluarkan dgn uang negara yg anda2 selamatkan.

  8. […] Kedua kandidat Presiden Amerika Peduli AutisSikap individualismePANGERAN BANDAR DAN PERANNYA DI SYRIAKumpulan Humor Lucu ( Update Agustus )Presiden Obama: Anna Hathaway SempurnamonasAntasari Ungkap Fakta Baru ‘CENTURY’ Dari Balik Jeruji […]

  9. Maria Sitompoel said

    Biar Allah SWT yang mengadzab mereka2 itu, di dunia ini bisa berkelit. Tapi di Yaumil Akhir nantinya 1 sen pun akan ditanya/dipertanggung jawabkan, entah mereka2 itu ga percaya dengan hari akhir.

  10. Tan Panama said

    SYARAT UTAMA JADI WAKIL RAKYAT
    Belajar dari sepak terjang wakil rakyat di era Reformasi, sejak 1998, dapat disimpulkan bahwa syarat utama jadi wakil rakyat adalah harus punya akses ke media massa.

    Banyak manfaat yang bisa diperoleh oleh kedua belak pihak, bak simbiosis mutualistis. Acara oknum wakil rakyat bisa diliput langsung oleh media massa atau media massa mengundang oknum wakil rakyat sebagai bintang tamu pada acara dialog, diskusi, debat atau pada acara gelar sensasi, bentuk opini, laksanakan pesan sponsor, naikkan peringkat dengan segala cara, kiat dan tips. Media massa sebagai raja, bisa membolak-balikkan fakta untuk tujuan tertentu, khususnya untuk membodohi rakyat.

    Oknum wakil rakyat yang takut bicara, bisa langganan di running text TV swasta, TV pemprov, dsb. Biat kelihatan cerdas, mengeluarkan pernyataan, sebagai pribadi.

    Oknum wakil rakyat biar kelihatan kinerjanya, misal saat kunjungan kerja ke lapas bisa mengajak tukang kata untuk diliput langsung. Habis ngantuk di sidang DPR bisa langsung diwawancarai dan disiarkan langsung TV swasta, betapa heroiknya perjuangan ybs membela rakyat. Mati-matian di alam mimpi.

    Jadi siapa saja yang punya ambisi jadi wakil rakyat yang terhormat, jika tidak punya koneksi dengan media massa, kubur saja mimpinya.

  11. kalau memberitakan kasi referensi yang jelas, kalau tidak nanti disangka memfitnah lho…

  12. pilihan katanya tendensius…”maling uang rakyat?” plis deh, tau ga yang nulis ini kalau 6,7 T itu asalnya dari kekayaan LPS bukan kekayaan negara… ngawur banget..

  13. yg di atas saya menulis:

    “kekayaan LPS bukan kekayaan negara”

    ^-^
    hmmm…. gini:

    –> Sumber pendanaan LPS itu berasal dari:

    1- Modal awal yang merupakan kekayaan negara (duit rakyat yg dikelola oleh negara) yang dipisahkan sebesar Rp 4 triliun; (Ini duit rakyat yg dikelola oleh negara)

    2- Kontribusi kepesertaan bank-bank anggota LPS yang dibayarkan pada saat bank2 tsb pertama kali menjadi peserta;

    3- Premi penjaminan yang dibayarkan bank setiap semester; dan hasil investasi cadangan penjaminan.

    Jadi dari korupsi bank Century yg 6,7 Triliun itu, yg 4 Triliun adlh duit rakyat (yg dikelola negara). Trus, bank2 anggota LPS yg dananya paling besar tertanam di LPS adlh bank2 BUMN milik Pemerintah yg di dalam permodalannya ada uang negara (duit rakyat yg dikelola negara).

    Intinya, sumber dana LPS itu YG TERBESAR dari dana milik negara yg sejatinya adlh duit rakyat. Jadi salah besar kalau kamu bilang “kekayaan LPS bukan kekayaan negara”.

    Belajar lagi ya ‘Nak.

  14. Yonnik said

    Susah dimengerti mentalitas pejabat dan penguasa negeri ini, klu tidak korup, tidak menyimpang kayaknya bukan pejabat atu penguasa deh dinegeri yang sudah diracuni sejak er VoC dengan jiwa, mental dan sikap korup. Senang mewarisi yang menyengsarakan pihak lain (rakyat)

  15. Anonim said

    Waw luar biasa nih …………………… ternyata pendidikan akademis tidak berbanding lurus dengan perilaku ya ……

  16. liatlebihjelas@ tu udah di jelasin sama

    >Nggakjelas.com

    Jadi sekarang jelas toh

    Yonnik@ ya mang kite2 mau pade ape.:)

    Anonymous no15@ masasih yg begini luar biase,
    Yg beginimah harusnye abang bilang

    TERLALU!!!
    TERLALU!!!
    TERLALU!!!

    Bilang gitu atuh bang!

    Udah diem kak usah dikomentari! Itumah bkn urusan kita2 biarin aja ada KPK. Kan KPK digajih untuk urusan xg begini

  17. rakyat kecil said

    mau dibawa kemana negeri ini..? pantesan negeri ini penuh dengan kehancuran,, dari atas aja sudah hancur begini apalagi bawah..
    yang di DPR juga enggak kalah korupsinya sama pemerintah,, mereka sama2 korupsi,,,
    hanya ALLAH lah yng bisa membalas perbuatan mereka.. kami rakyat kecil tidak bisa berbuat apa.

    alangkah buruknya kami karena telah mentaati pemimpin zalim…
    kami hidup jauh dari kesejahteraan dan kemakmuran..untuk makan aja kami tidak cukup. seangkan mereka berfoya foya dengan kekayaan negara.

    merka tidak punya MORAL dan HATI NURANI…

  18. rakyat kecil@ ya apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur.
    Tpi kita harus optimis. Kita masih pux Alloh Yg Maha Tau

  19. AGEN OF CHANGES said

    monyet ini semua! klo cuma makan, babi dihutan pun makan. klo cuma bekerja, kera dihutan pun bekerja. untuk pejabat dan petinggi2 negara pakai otak kalian. dan untuk para mahasiswa2 yg ada di negeri ini. mari bung rebut kembali kesejahteraan rakyat yg seharusnya mutlak kita dapatkan. satu-satunya wadah kita saat ini adalah Liga Mahasiswa Nasdem (LMN) . mari kita semua samakan persepsi kita untuk mewujudkan RESTORASI di negeri ini. kejahatan yg terjadi dinegeri ini berpusat di system pemerintahan kita. dan satu-satunya langkah pasti untuk mewujudkan RESTORASI ialah duduki system dan revisi semua Undang-undang yang kontra dengan rakyat. TUNAIKAN TUGAS SUCI, TUNTASKAN RESTORASI.

  20. Aep said

    Hukum di negeri ini… akan berubah total hanya dengan perubahan Negara islam…..

  21. taUbat said

    ANTASARI DISEBUT PERNAH AKAN MENANGKAP BOEDIONO

    JUM’AT, 29 NOVEMBER 2013 , 15:31:00

    JAKARTA – JPNN.COM – MANTAN MENTERI EKONOMI RIZAL RAMLI MENCERITAKAN KISAH MENARIK SOAL PERCOBAAN PERAMPOKAN BANK INDOVER OLEH WAKIL PRESIDEN BOEDIONO KETIKA MENJABAT GUBERNUR BANK INDONESIA. KARENA ITU BOEDIONO PERNAH DIANCAM KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) SAAT ITU, ANTASARI AZHAR. KEJADIAN INI TERJADI SEKITAR DUA PEKAN SEBELUM BAILOUT BANK CENTURY.

    MENURUT RIZAL, SAAT MENJABAT SEBAGAI GUBERNUR BI TAHUN 2008, BOEDIONO PERNAH MEMINTA IZIN KEPADA DPR DAN KPK UNTUK MEM-BAILOUT BANK INDOVER. BAHKAN BOEDIONO JUGA TELAH MEMPRESENTASIKAN KE DPR SOAL DAMPAK EKONOMI YANG BISA MELANDA INDONESIA JIKA BANK INDOVER TIDAK DISUNTIK DANA RP 5 TRILIUN.

    “INDOVER TIDAK DI SUNTIK RP 5 TRILIUN, KEPERCAYAAN INVENSTOR RONTOK, ARUS MODAL ASING BERKURANG, GONJANG GANJING DINILAI TUKAR RUPIAH. ITU YANG DIUNGKAPKAN BOEDIONO (KE DPR),” KATA RIZAL DALAM DISKUSI SOAL PEREKONOMIAN DI GEDUNG DPR, JAKARTA, JUMAT (29/11).

    NAH, SETELAH MELAKUKAN PRESENTASI DI DPR, LANJUT RIZAL, BOEDIONO MENEMUI KETUA KPK SAAT ITU, ANTASARI AZHAR UNTUK MENGGOLKAN NIATNYA MEM-BAILOUT BANK INDOVER. SAYANGNYA, RENCANA ITU DITOLAK MENTAH-MENTAH OLEH ANTASARI. SEBALIKNYA YANG TERJADI, ANTASARI MENGANCAM AKAN MENANGKAP BOEDIONO JIKA BI BENAR-BENAR MEM-BAILOUT INDOVER.

    “DIA (BOEDIONO) LUPA KALAU ANTASARI MANTAN ASISTEN JAKSA AGUNG MARZUKI DARUSMAN, WAKTU ITU INDOVER BERMASALAH, DAN MARZUKI PERGI KE BELANDA UNTUK CEK, ASPEK KRIMINAL. KALAU KOLAPS BISA BERDAMPAK ENGGAK KE INDONESIA,” JELASNYA.

    FAKTANYA, LANJUT RIZAL, CERITA BOEDIONO SOAL BAHAYA SEANDAINYA BANK INDOVER KOLAPS TAK SEJALAN DENGAN PERNYATAAN GUBERNUR BANK BELANDA, KARENA PEMERINTAH BELANDA SUDAH MENANGANI PERMASALAHAN BANK INDOVER DAN DIPASTIKAN KALAUPUN BANK ITU KOLAPS, TIDAK AKAN BERDAMPAK PADA INDONESIA.

    “GUBERNUR CENTRAL BANK BELANDA BILANG ENGGAK ADA APA-APANYA KARENA INI SUDAH DIJAMIN,” TEGAS DIA.

    NAH, DI BALIK CERITA INI, TEGAS RIZAL RAMLI, MAKA IDE MEM-BAILOUT BANK CENTURY SEBESAR RP 6,7 TRILIUN HANYA KEBOHONGAN SAJA, KARENA BOEDIONO SAAT ITU PERNAH GAGAL MERAMPOK BANK INDOVER.

    “IDE BAILOUT CENTURY ITU BOHONG, IA (ANTASARI) MENGANCAM JIKA PAK BOEDIONO SUNTIK RP 5 TRILIUN SAYA AKAN LANGUNG TANGKAP. BATAL GUNAKAN BANK INDOVER. DUA MINGGU KEMUDIAN ADA IDE NAMBAL BANK BOCOR LAGI, BANK CENTURY. AKHIRNYA DISUNTIK RP 6,7 TRILIUN,” TUTURNYA.

    MALAHAN RIZAL MENDUGA TUJUAN BAILOUT BANK CENTURY HANYA UNTUK PENDANAAN KAMPANYE PADA PEMILU TAHUN 2009, KARENA SUMBER DANA POLITIK KALA ITU SALAH SATUNYA DISEBUT DARI HASIL MERAMPOK BANK, DI SAMPING IMPOR PANGAN SEPERTI BERAS, KEDELAI, MIGAS, DAN DISTRIBUSI PERIZINAN.(FAT/JPNN)

Komentar "PILIHAN" akan diambil menjadi artikel KabarNet.