JK Janjikan Listrik Swasta, PLN Tidak Monopoli Lagi

Anggota tim kampanye capres/cawapres Jusuf Kalla-Wiranto (JK-Win) Alvin Lie menegaskan, JK-Win membuka peluang seluas mungkin bagi pihak swasta nasional untuk turut terlibat dalam pemenuhan kebutuhan listrik yang terus meningkat di masa mendatang…

Hal itu ditegaskan Alvin Lie saat menjadi pembicara dalam acara diskusi tentang “Solusi Kelangkaan Listrik Dari Perspektif Para Capres” di ruang wartawan DPR Jakarta, Senin (29/6). Di acara tersebut, selain Alvin Lie, hadir sebagai pembicara Effendi Simbolon (Mega-Prabowo) dan Wahyudin Munawir (SBY-Boediono).

Menurut Alvin, sebenarnya saat ini pihak swasta telah digandeng untuk pembangunan pembangkit listrik. Namun, khusus untuk pendistribusian listriknya kepada para masyarakat yang menjadi pelanggan, tetap dilakukan PLN.

Hal tersebut dilakukan untuk menjamin adanya peran negara dalam memenuhi hajat hidup orang banyak dan listrik termasuk komoditas yang terkait dengan hajat hidup rakyat.

“Kalaupun nantinya akan ada pelibatan swasta, maka prioritas untuk pemain utamanya adalah pengusaha nasional dan lokal. Seminimal mungkin JK-Win memberi peluang bagi masuknya asing,” ujarnya.

Sementara Effendi Simbolon mengatakan, dalam proyek pengadaan listrik 10.000 MW, baik SBY maupun JK saling berebut klaim hal itu sebagai prestasinya. Padahal, proses tender proyek tersebut bermasalah dan menyimpan potensi pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku.

“Dalam proses tender itu ada tendensi penggiringan ke salah satu negara, yaitu China sebagai pelaksana proyeknya,” ujarnya.

Selain itu, politisi PDI-P itu menambahkan, negara juga dipaksa untuk membayar proyek sekelas Mercedez, tetapi kualitasnya ternyata hanya Hyundai.

Pihaknya merasa khawatir proyek yang niatnya baik buat bangsa ini akan tercemar karena cara-cara yang digunakan untuk melaksanakan proyek itu tidak transparan dan bernuansa KKN.

Menanggapi komentar miring itu, Alvin mengatakan bahwa Indonesia punya daya tawar tersendiri terhadap China dan hal itu telah dimanfaatkan untuk sebesar-bearnya kepentingan bangsa ini.

“China mempunyai ketergantungan yang tinggi akan batu bara Indonesia dan hal tersebut menjadi daya tawar yang tinggi dalam negosiasi dengan China untuk proyek listrik 10.000 MW,” ujarnya.

Mengenai pembenahan PLN, Alvin mengatakan, PLN pada saat ini sudah sangat terbatas kapasitasnya, bukan saja untuk penyediaan daya listrik, tetapi juga untuk melayani para pelanggannya.

Karenanya, JK-Win telah berkomitmen agar sumber energi primer bagi produksi listrik, yakni gas dan batu bara, harus digunakan semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan sisanya baru bisa diekspor.